HARAPAN KEHIDUPAN

Oleh : Ust. RIBUT NUR HUDA, S.Hum, M.A,

Maulid Nabi Saw merupakan hari besar Islam yang umum diperingati pada malam dua belas Rabi’ul Awal di seluruh dunia dengan cara masing-masing. Pada masa sahabat, seorang budak perempuan berkulit hitam bernadzar akan memukul terbang jika Nabi tiba di rumah dalam keadaan selamat dari peperangan, lalu setiba dari perang dan budak itu menyampaikan maksudnya maka Nabi menyuruhnya untuk memenuhi nadzarnya sebagai ungkapan kebahagiannya. Apabila perbuatan budak tersebut disetujui oleh Nabi, bagaimana dengan merayakan kebahagiaan atas hari kehadiran Nabi di dunia ini ?. Begitu pula dengan dedengkot orang Kafir yang sangat membenci dakwah Nabi diringankan siksaannya oleh Allah setiap hari Senin karena kebahagiaannya atas kelahiran Nabi hingga memerdekakan budaknya Tsuwaibah

Ketika ditanya mengenai puasa sunnah hari Senin, Nabi menjawab Senin adalah hari maulid atau kelahiranku. Nabi mensyukuri hari kelahiran beliau hingga dilestarikan dengan cara-cara yang sederhana. As-Shalihy mengisahkan dalam kitabnya bahwa salah seorang ulama bermimpi bertemu Nabi setelah mendengar seorang ahli ilmu mengatakan peringatan Maulid adalah bid’ah. Dalam mimpi tersebut Nabi mengatakan: “Barang siapa bahagia dengan kami maka kami bahagia dengannya”.

Di beberapa negara Arab dan negara muslim, Maulid diperingati dengan saling berbagi manisan yang dibeli dari penjual musim Maulid, disamping bershalawat dan meramaikan pengajian umum selama paruh pertama bulan Rabi’ul Awal.  Kemeriahan ini mengingatkan betapa mulia kedudukan pribadi yang dilahirkan di hati umat Islam dan dijadikan suri tauladan bagi umat melebihi sekedar menggugurkan kewajiban menghidupkan syiar peringatan hari besar Islam sebagaimana dalam surat Ibrahim ayat 5 : “Ingatkanlah mereka dengan hari-hari Allah”. Maulid mengigatkan keberadaan sosok yang sempurna, indah bentuk dan perangainya, guru  agama dengan bahasa perbuatannya, penata kehidupan dengan keteladanannya, tidak meremehkan urusan tanggung jawabnya, melayani umatnya dengan lapang dada, menghadapi kesulitan dan  krisis dengan mengatur SDM yang dimilikinya. Disamping dididik langsung oleh Allah, Nabi    dibelah dadanya untuk disucikan, baik ketika masih balita di usia tiga tahun maupun setelah dewasa diutus sebagai Rasul. Misi kerasulan beliau tidak hanya membangun harapan kehidupan di dunia, melainkan juga harapan kehidupan di akhirat. Para pewaris misi Nabi merupakan manusia-manusia langka yang tidak menjadikan warisan dunia sebagai misi utamanya sebagaimana pesan Sayidina Ali :

وَيَطْلُبُ أَقْوَامٌ مَوَارِيْثَ هَالِكٍ # وَفِيْنَا مَوَارِيْثُ النُّبُوَّةِ وَالْهُدَى

Banyak golongan merebutkan warisan dunia # Warisan nubuwwah dan petunjuk pada kita 

Nabi Muhammad saw dalam berdakwah mengutamakan persaksian untuk mengetahui keadaan sebenarnya  sebelum menggunakan cara menggembirakan atau memperingatkan sebagaimana surat al-Ahzab ayat 45. Harapan kehidupan dalam urusan pidana ini didapatkan melalui taubat meskipun had (pidana) tidak menjadi gugur karena taubat yang bersangkutan.  Sebagaimana dalam urusan kemanusiaan dan peradaban, Nabi telah menyelematkan martabat wanita dan menghapus sistem perbudakan secara bertahap kemudian menunjukkan harapan kepada mereka dengan prinsip al-Qur’an; “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu (berprestasi)”.